Ahlan wa Sahlan

Anda berada dalam ruang pendidikan, pembelajaran, dan kebahasa-Araban. Blog ini menjadi tempat sharing pengalaman dan pengetahuan tentang apa saja yang terkait dengan pendidikan, pembelajaran, dan bahasa Arab. Berikan komentar dan argumentasi anda tentang topik-topik yang aktual dan menarik untuk dikaji. Semoga pendidikan kita dapat lebih maju dan berkualitas.

Thursday, November 26, 2009

khutbah idul adha 1430 H

NILAI-NILAI SPIRITUAL DAN EMOSIONAL

DALAM IBADAH KURBAN

KHUTBAH IDUL ADHA 1430 H

DI STAIN SURAKARTA

Oleh:

Imam Makruf, S.Ag., M.Pd.*

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الله أكبر 9×

اللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، وَصَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّجُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ وَلَوْكَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُنَافِقُوْنَ.

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ الْيَوْمَ عِيْدًا لِلْمُسْلِمِيْنَ وَوَحَّدَنَا بِعِيْدِهِ كَأُمَّةٍ واَحِدَةٍ مِنْ غَيْرِ الأُمَمِ، وَنَشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ إِحْسَانِهِ وَهُوَ ذُواْلجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ. اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِيْ الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. اللَّهُمَّ صَلِ وَسَلِّمْ عَلَى حِبِيْبِنَا الْمُصْْطَفَى، الَّذِيْ بَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَأَدَّى اْلأَمَانَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ دَعَاإِلَى اللهِ بِدَعْوَتِهِ، وَجَاهَدَ فيِ اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ. أَمَّا بَعْدُ: عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْفَازَ الْمُتَّقُوْنَ!

Jama'ah Shalat Idul Adha Rahimakumullah

Segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kita dapat berkumpul di tempat ini dalam rangka menunaikan shalat Idul Adha berjama'ah. Ibadah tahunan seperti ini merupakan wujud dari syi'ar agama Islam dan bukti adanya ukhuwah islamiyah yang selalu kita bangun dalam kehidupan bermasyarakat. Pelaksanaan shalat Idul Adha ini diiringi dengan dikumandangkannya takbir, tahlil, dan tahmid yang merupakan ungkapan syukur dan pengagungan asma Allah SWT. Lantunan kalimah tayyibah tersebut merupakan bagian dari kelezatan ruhaniyah yang dapat dinikmati oleh orang-orang yang beriman.

Allahu akbar 3X walillahilhamd.

Jama'ah shalat Idul Adha yang berbahagia

Setiap tahun kita melaksanakan shalat Idul Adha. Setiap tahun pula kita melaksanakan kurban. Bahkan pada saat ini kurban tidak lagi hanya dilaksanakan oleh orang-orang yang mampu atau kaya. Hampir semua orang saat ini berusaha untuk melaksanakan kurban meskipun dengan cara arisan, patungan, atau cara-cara lain yang berkembang di masyarakat. Terlepas dari persoalan khilafiah tentang hukum dari kurban yang dilaksanakan tersebut, sebenarnya terdapat motivasi dan hirrah yang kuat dari umat Islam untuk melaksanakan syari'at agama Islam dengan segala daya dan upaya. Tentu saja hal itu merupakan wujud dari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT yang semakin meningkat di kalangan umat Islam. Oleh karena itu, menurut khatib, biarlah upaya-upaya yang dilakukan umat Islam untuk berlatih dan membiasakan diri melaksanakan ajaran agama tersebut berkembang di tengah-tengah umat Islam, sembari diarahkan bagi yang sudah mampu untuk melakukan kurban secara mandiri. Rasulullah saw juga telah mencontohkan beliau menyembelih kambing kurban dengan niat untuk beliau sendiri, untuk diri dan keluarga beliau, bahkan untuk umat Islam dan siapa saja yang tidak mampu melakukannya. Kisah tersebut dimuat dalam kitab Naylul Authar hadits nomor 2098 dan 2099.

Dasar disyari'atkannya ibadah kurban adalah firman Allah SWT dalam surat Al-Kautsar: 1 – 3:


Artinya:

1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.

2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.

3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus.

Penjelasan yang terkait dengan amalan kurban tersebut juga dijelaskan oleh Allah SWT dalam QS: Al-Hajj: 36-37 dengan firman-Nya:


Artinya:

36. dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi'ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, Maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam Keadaan berdiri (dan telah terikat). kemudian apabila telah roboh (mati), Maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan untua-unta itu kepada kamu, Mudah-mudahan kamu bersyukur.

37. Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.

Kaum muslimin rahimakumullah.

Perintah untuk menyembelih kurban bukanlah semata-mata amalan lahiriyah sebagai bentuk pengurbanan seorang hamba kepada Allah SWT. Amalan kurban sarat dengan muatan makna spiritual dan emosional. Dengan demikian orang-orang yang memiliki kecerdasan spiritual dan emosionallah yang mampu melakukan amalan kurban secara baik. Dalam ayat 36 tersebut dijelaskan bagaimana amalan lahiriyah tersebut harus dilakukan, yaitu cara menyembelih dan membagikan daging kurban. Kemudian pada ayat 37 ditegaskan Allah SWT bahwa hakikat dari penyembelihan kurban tersebut adalah manifestasi ketakwaan kepada Allah SWT yang didasarkan atas keikhlasan, ketundukan atas perintah Allah, dan motivasi yang kuat untuk mendapatkan ridha Allah SWT.

Begitu pentingnya makna dari perintah kurban tersebut, sehingga Rasulullah saw bersabda:

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ فَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا.

{رواه أحمد وبن ماجه}.

Artinya:

“Rasulullah Saw. bersabda: ”Barangsiapa diberikan keluasan rizki dan tidak mau menyembelih hewan qurban, maka janganlah dekat-dekat dengan masjid kami.” (HR. Ahmad dan Ibn Majah).

Semoga semua umat Islam yang menjalankan perintah Allah SWT dengan menyembelih hewan kurban pada tahun ini mendapatkan ridha dari Allah SWT dan mendapatkan derajat ketakwaan yang tinggi di hadapan Allah SWT. Amin.

Allahu akbar 3X walillahilhamd.

Jama'ah shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita sering menyaksikan berbagai perilaku yang bertentangan atau tidak sesuai dengan ajaran agama Islam, baik dalam bidang hukum, sosial-budaya, pendidikan, ekonomi, atau bidang-bidang yang lain. Dalam bidang hukum, misalnya akhir-akhir ini kita menyaksikan adanya proses penegakan hukum yang menimbulkan perdebatan, adanya mafia peradilan, makelar kasus, dan banyak lagi yang lain sehingga menjadikan praktik peradilan tidak sesuai dengan ajaran agama. Dalam bidang budaya, kita menyaksikan semakin banyaknya budaya asing yang masuk dan merusak akhlak putra putri kita, dengan semakin mudahnya akses informasi melalui internet, dan semakin tipisnya filter yang dapat diberikan oleh pemerintah, lembaga pendidikan, maupun oleh orang tua dalam keluarganya masing-masing. Dalam bidang ekonomi, kita menyaksikan banyaknya korupsi, praktik riba, jual beli yang tidak dibenarkan agama, semakin lebarnya jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin, dan masih banyak lagi fakta yang dengan mudah dilihat dalam kehidupan kita sehari-hari.

Terdapat hubungan yang sangat erat antara korupsi dengan kemiskinan. Dalam penelitian Gupta et al (1998) terhadap 38 negara berbeda, terungkap bahwa korupsi memiliki beberapa dampak. Pertama, korupsi menyebabkan meningkatnya kesenjangan pendidikan, rendahnya rata-rata lama masa bersekolah penduduk, dan ketidak-seimbangan distribusi lahan dan kekayaan alam. Dengan kata lain, akan menciptakan kebodohan dan ketidakadilan penguasaan sumberdaya alam. Kedua, korupsi menyebabkan kurang efektifnya social spending (belanja sosial). Padahal belanja sosial ini, terutama yang bersumber dari APBN, sangat dibutuhkan untuk menanggulangi kemiskinan. Ketiga, korupsi menghambat pertumbuhan ekonomi. Keempat, korupsi akan mengurangi pendapatan pajak, padahal ia merupakan sumber penerimaan keuangan negara yang utama.

Dalam tinjauan agama, perilaku korupsi sangat dilarang dalam Islam, sebagaimana firman Allah dalam QS: Al-Baqarah: 188:

ŸArtinya:

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui.

Perilaku korupsi hanyalah salah satu perilaku tercela yang dapat dilakukan oleh orang-orang yang tidak memiliki keimanan dan ketakwaan yang baik. Untuk itu perilaku tersebut tidak akan dapat disembuhkan dengan penegakan hukum semata, tetapi harus diterapi dengan amalan-amalan yang dapat meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Salah satu amalan yang dapat membawa kita kepada peningkatan ketakwaan kepada Allah SWT adalah kurban.

Ibadah kurban memiliki nilai-nilai spiritual dan emosional yang dapat menghindarkan kita dari penyakit-penyakit rohaniah dan membawa kita kepada ketakwaan kepada Allah SWT. Di antara nilai spiritual tersebut keikhlasan, kesabaran, dan khusudzan kepada Allah SWT. Ketiga nila tersebut bersumber dari ayat-ayat Al-Qur'an.

1. Keikhlasan

Allah SWT berfirman dalam QS: Ali Imran: 92

Artinya:

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.

Ayat tersebut juga berdekatan maknanya dengan firman Allah SWT dalam QS: Al-Hajj: 37

Artinya:

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.

2. Kesabaran

Nilai kesabaran dalam ibadah kurban dapat dilihat dari kisah Ibrahim as. dengan putranya Ismail as. yang diabadikan dalam QS; Ash-Shaffat: 103

Artinya:

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).

3. Khusnudzan kepada Allah SWT

Nilai khusnudzan telah dicontohkan dalam firman Allah SWT pada QS; Ash-Shaffat: 104-105 berikut

Artinya:

104. dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,

105. Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu[1284] Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

[1284] Yang dimaksud dengan membenarkan mimpi ialah mempercayai bahwa mimpi itu benar dari Allah s.w.t. dan wajib melaksanakannya.

Ibrahim as telah menunjukkan sikap yang tunduk dan patuh kepada perintah Allah SWT karena dilandasi oleh sifat khusnudzan kepada Allah SWT. Sifat ini juga ditunjukkan Ibrahim as ketika diperintah Allah untuk memindahkan istrinya Siti Hajar dan anaknya Ismail as ke sebuah lembah di Makkah, suatu tempat yang belum ada kehidupan di sana. Ibrahim melaksanakan perintah tersebut tanpa adanya curiga akan akibat buruk dari perintah Allah tersebut. Begitu pentingnya khusnudzan tersebut sehingga Rasulullah saw bersabda:

لاَ تَمُوْتُنَّ اَحَدٌ مِنْكُمْ اِلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللهِ تَعَالىَ (رواه مسلم وابو داود)

Artinya:

Janganlah salah seorang dari kalian mati, kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah SWT. (HR. Muslim dan Abu Dawud).

Kaum muslimin jama'ah shalat Idul Adha rahimakumullah.

Selain nilai-nilai spiritual tersebut, juga terdapat nilai-nilai emosional diantaranya adalah nilai kepedulian terhadap orang lain, dan menghilangkan sifat egoisme. Kedua nilai tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kepedulian terhadap orang lain

Pengurbanan Ibrahim dan Ismail dalam menjalankan perintah Allah tersebut memiliki makna luar biasa dalam kehidupan manusia. Betapa tidak? Kesediaan berkurban yang dilakukan Ibrahim sejatinya bermuara pada bentuk atau perwujudan kepedulian sosial.

Penyembelihan hewan kurban dan membagikan dagingkan kepada orang lain merupakan media yang sangat baik untuk melatih sikap kepedulian terhadap orang lain. Ketentuan syari'at yang tidak memperbolehkan orang yang berkurban untuk memakan daginya kurbannya melebihi sepertiga merupakan wujud dari anjuran untuk peduli kepada sesama. Dengan demikian orang yang melakukan ibadah kurban akan terlatih untuk mengaktualisasikan nilai kepedulian terhadap orang lain dalam kehidupan sehari-hari.

2. Menghilangkan sifat egoisme

Ketika Ibrahim as melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyembelih Ismail as, beliau telah menanggalkan egoismenya sebagai orang tua atau bahkan sebagai manusia. Beliau telah mengalahkan kecintaannya kepada anaknya demi kecintaannya kepada Allah SWT. Digantikannya kurban Ibrahim dengan binatang (kambing) mengandung makna bahwa kita harus menyembelih hawa nafsu hayawaniyah dan rasa gengsi atau egoisme kita di hadapan Allah SWT. Binatang ternak sebagai simbol dari kekayaan juga memberikan pelajaran agar kita tidak memiliki sifat hubbud dunya (cinta yang berlebihan kepada harta duniawi).

Allahu Akbar 3X walillahilhamd.

Jama'ah Shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah SWT.

Demikianlah khutbah yang dapat kami sampaikan, semoga dengan pelaksanaan ibadah kurban pada tahun ini, dapat meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT, memberikan motivasi kepada kita agar lebih banyak mengaktualisasikan nilai-nilai spiritual dan emosial yang terkandung di dalamnya. Amin ya rabbal 'alamin.

بارك الله لى ولكم بالقر آن العظيم. ونفعنى وا يّاكم بما فيه من ا لايات والذّكر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم. اعوذ بالله من الشيطان الرجيم. وقل رب اغفر وارحم وانت خير الراحمين.


الخطبة الثانية

الله اكبر 6×

اللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، وَصَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّجُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ وَلَوْكَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُنَافِقُوْنَ.

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدانَا لِدِيْنِ الإِسْلاَمِ, وَاَرْسَلَ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِسَائِرِ الْخَلْقِ وَالأُمَمِ, وَهُوَ سَيِّدُ اْلأنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَخَيْرُ اْلَبشَرِ وَاْلأناَمِ. اَشْهَدُ اَنْ لا اِلهَ اِلاَّ اللهُ اْلمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْنِ. اَمَّا بَعْدُ.

فَيَا عِبَادَ اللهِ, اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنََ, وَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. فَقَدْ قَالَ تَعَالى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: اِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيّ يَآ أيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ, وَارْحَمْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اَللَهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ. رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا، إِنَّهَا سَاءتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ، وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا اسْتَعَاذَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَنْتَ الْمُسْتَعَانُ، وَعَلَيْكَ الْبَلَاغُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ اْلعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته



* Dosen dan Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Surakarta.